Pengembangan E-Learning dalam Pembelajaran Kimia

PENGEMBANGAN E-LEARNING DALAM PEMBELAJARAN KIMIA


E-learning adalah suatu sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar. Berikut beberapa pengertian E-learning dari berbagai sumber:
1.      Pembelajaran yang disusun dengan tujuan menggunakan sistem elektronik atau komputer sehingga mampu mendukung proses pembelajaran (Michael, 2013:27).
2.      Proses pembelajaran jarak jauh dengan menggabungkan prinsip-prinsip dalam proses pembelajaran dengan teknologi (Chandrawati, 2010).
3.      Sistem pembelajaran yang digunakan sebagai sarana untuk proses belajar mengajar yang dilaksanakan tanpa harus bertatap muka secara langsung antara guru dengan siswa (Ardiansyah, 2013).

Karakteristik E-Learning
1.      Memanfaatkan jasa teknologi elektronik.
2.      Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan komputer networks)
3.      Menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri (self learning materials) kemudian disimpan di komputer, sehingga dapat diakses oleh doesen dan mahasiswa kapan saja dan dimana saja.
4.      Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar, dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
Komponen e-learning 
Komponen yang membentuk e-learning (Romisatriawahono, 2008) adalah: 
a. Infrastruktur e-learning 
Infrastruktur e-learning merupakan peralatan yang digunakan dalam e-learning yang dapat berupa Personal Computer ((PC), yakni komputer yang dimiliki secara pribadi (Febrian, 2004)), jaringan komputer (yakni, kumpulan dari sejumlah perangkat berupa komputer, hub, switch, router, atau perangkat jaringan lainnya yang terhubung dengan menggunakan media komunikasi tertentu
b. Sistem dan aplikasi e-learning 
Sistem dan aplikasi e-learning yang sering disebut dengan Learning Management System (LMS), yang merupakan sistem perangkat lunak yang mem-virtualisasi proses belajar mengajar konvensional untuk administrasi, dokumentasi, laporan suatu program pelatihan, ruangan kelas dan peristiwa online, program e-learning, dan konten pelatihan (Ellis, 2009.
c. Konten e-learning 
Konten e-learning merupakan konten dan bahan ajar yang ada pada e-learning sistem (Learning Management System). Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk misalnya Multimedia-based Content (konten berbentuk multimedia interaktif seperti multimedia pembelajaran yang memungkinkan kita menggunakan mouse, keyboard untuk mengoperasikannya) atau Text-based Content (konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran yang ada di wikipedia.org, ilmukomputer.com, dsb.).

a. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity). 
b. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility). 
c. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience). 
d. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities). 


Kelebihan Dan Kekurangan E-Learning
a. Kelebihan e-learning

  1. Tersedianya fasilitas e-moderating dimana pendidik dan peserta didik dapat berkomunikasi dengan mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu. 
  2. Pendidik dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang tersruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari. 
  3. Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan dimana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer. 
  4. Bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet. 
  5. Baik pendidik maupun peserta didik dapat melaksanakan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. 
  6. Berubahnya peran peserta didik dari yang biasanya pasif menjadi aktif. 
  7. Relatif lebih efisien. Misalnya bagi yang mereka tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di kapal, di luar negeri, dan sebagainya.
b. Kekurangan e-learning 
Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning  juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan antara lain dapat disebutkan sebagai berikut (Triluqman, 2007):
  1. Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik bahkan antar-peserta didik itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar-mengajar. 
  2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis. 
  3. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan. 
  4. Berubahnya peran p endidik dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional. 
  5. Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal. 
  6. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer). 
  7. Kurangnya penguasaan komputer. 
    Model Pengembangan E-Learning

Terdapat beberapa model pengembangan e-learning. Menurut Jolliffe, dkk., terdapat dua  model utama yakni the mental model dan the cognitif apprenticeship model.
1. The Mental Model (Model Mental).
Model mental diartikan sebagai penyajian-penyajian konseptual dan operasional yang dikembangkan ketika orang berhubungan dengan sistem yang kompleks. Model-model mental merupakan pemikiran yang terdiri atas kesadaran terhadap berbagai komponen dari suatu sistem dan dievaluasi menggunakan berbagai metode termasuk pemecahan masalah, mencari dan memecahkan persoalan, ingatan informasi, pengamatan dan prediksi pengguna (user) terhadap pengetahuan capaian. Model mental nampak lebih dari sekedar peta struktural dari berbagai komponen.
Terdapat beberapa komponen dalam model mental antara lain :
a.    Structural knowledge
Merupakan pengetahuan tentang konsep struktur domain pengetahuan dan diukur melalui jaringan dan peta atau lingkaran-lingkaran konsep. Metode ini berasumsi bahwa pengetahuan dapat dibentuk menggunakan simbol.
b.    Performance knowledge
Bertujuan untuk menilai pengetahuan capaian dimana pebelajar diberi tugas-tugas pemecahan masalah untuk menguji kesan visual mereka.
c.    Reflective knowledge
Disini pebelajar bisa menunjukkan kepada yang lain bagaimana cara melaksanakan suatu tugas tertentu. Dengan cara ini, pebelajar pertama harus membuat daftar perintah, deskripsi tugas  dan diagram alur untuk menmguji gambaran mentalnya.
d.   Image of system
Merupakan kenyataan dari model pebelajar yang khas dinilai dengan meminta pebelajar untuk mengartikulasikan dan memvisualisasikan bentuk-bentuk fisik.
e.    Metaphor
Seperti juga gambar-gambar, pembelajar akan sering menghubungkan sistem baru dengan pengetahuan ada sehingga dapat dilihat orang lain.
f.     Executive knowlegde
Bertujuan untuk memecahkan permasalahan, pembelajar harus mengetahui kapan mengaktifkan dan menerapkan sumber daya kognitif yang diperlukan.
2.The Cognitif Apprenticeship Model (Model Belajar Magang Kognitif)
Model belajar magang kognitif berdasarkan pada berbagai kondisi-kondisi belajar misalnya belajar berlangsung dalam konteks aktivitas yang berkelanjutan, penuh arti dimana pembelajar perlu menerima umpan balik segera. Orang lain dapat bertindak sebagai model-model yang menyediakan bentuk yang dihubungkan dengan pengalaman pembelajar; konsep belajar fungsional dengan tujuan belajar yang tegas.
     
    Penerapan e-Learning dalam Pembelajaran
            Ada 3 (tiga) hal penting sebagai persyaratan kegiatan belajar elektronik (e-Learning), yaitu :
a.     kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan (misalnya penggunaan internet)
b.    tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik, misalnya CD-Room, atau bahan cetak
c.     tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta didik apabila mengalami kesulitan.
Di samping ketiga persyaratan tersebut masih dapat ditambahkan persyaratan lainnya, seperti adanya : (a) lembaga yang mengelola kegiatan e-Learning, (b) sikap positif dari peserta didik dan pendidik/tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan internet,    (c) rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari oleh setiap peserta didik, (d) sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta didik, dan (e) mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara.
Contoh Pengembangan E-Learning

1.      Tahap pendefinisian (define)
Tahap pendefinisian (define) adalah untuk menentukan dan menegaskan kebutuhan-kebutuhan pembelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: (1) analisis ujung depan yang mengarah pada hasil akhir dari pengembangan yakni berupa bahan ajar berbasis e-learning, (2) analisis siswa, langkah ini menetapkan subyek pebelajar dan sasaran belajar siswa yaitu siswa kelas X semester 2 dengan materi pokok senyawa hidrokarbon dan minyak bumi dengan karakter siswa yang telah mengenal internet, dan (3) perumusan indikator hasil belajar yang dirumuskan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Analisis siswa dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) analisis tugas dengan mencari literature dan sumber belajar tentang hidrokarbon dan minyak bumi dan (2) analisis konsep yang dilakukan dengan mengidentifikasi konsep-konsep utama yang akan dipelajari.

2.      Tahap perencanaan (design)
                   Tahap perencanaan (design) meliputi tiga langkah yaitu: (1) penyusunan tes dengan membuat soal yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman materi dan keberhasilan siswa dalam memahami materi dalam bahan ajar, (2) pemilihan media untuk mendapatkan media yang tepat sesuai dengan perkembangan era teknologi yang sedang berlangsung, yaitu media internet, dan (3) perancangan awal yang meliputi membaca buku teks yang relevan, menulis bahan ajar, adaptasi bahan ajar, konsultasi secara intensif dengan dosen pembimbing.

      3.      Tahap pengembangan (develop)
Pada tahap pengembangan (develop) langkah- langkah yang dilakukan adalah:
(1) konsultasi dengan pembimbing yang bertujuan untuk merancang dan menyusun media dan instrumen yang akan dipakai dalam penelitian,
(2) validasi yang merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data tentang nilai yang diperoleh dari validator,
(3) analisis hasil validasi, hasil validasi dianalisis sesuai dengan penilaian, saran, dan kritik dari validator,
(4) revisi bahan ajar berbasis e-learning yang bertujuan untuk menyempurnakan bahan ajar yang akan digunakan, dan
(5) uji coba terbatas, tujuan uji coba ini hanya untuk mengetahui kelayakan dari produk pengembangan yakni bahan ajar berbasis e-learning.

     4.      Tahap penyebarluasan (disseminate)
Tahap keempat yaitu penyebarluasan (disseminate) merupakan tahap penggunaan bahan ajar yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas. Tahap ini bertujuan untuk menguji efektivitas penggunaan bahan ajar berbasis e-learning hasil pengembangan. Dalam pengembangan ini, tahap penyebarluasan (disseminate) tidak dilakukan karena pertimbangan keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya. Selain itu, disesuaikan dengan tujuan pengembangan bahan ajar berbasis e-learning yakni untuk mengetahui kelayakan bahan ajar bukan untuk mengukur prestasi belajar siswa.


Permasalahan
  1.  Dalam kelebihan E-Learning berupa "Berubahnya peran peserta didik dari yang biasanya pasif menjadi aktif" bagaimanakah cara kita sebagai seorang guru memastikan bahwa siswa kita berubah menjadi aktif ?
  2. Bagaimana peran E-Learning Didaerah Terpencil yang kurangnya penguasaan komputer?
  3. Apakah semua materi kima cocok menggunakan penerapan E-Learning? Tolong Berikan Contohnya

Komentar

  1. saya ingin menanggapi pertanyaan saudari nomor 2 dimana bagaimana peran e-learning di daerah terpencil yang kurang akan penguasaan komputer, maka demikian perlu dipertimbangkan pula hal penting sebagai syarat kegiatan belajar elektronik atau e-learning tersedianya layanan pendukung seperti layanan tutor yang dapat membantu peserta didik apabila mengalami kesulitan ataupun mampu mengajarkan siswa dalam penguasaan komputer dan biasanya bila layanan tutor ini juga didukung oleh CD-Room, atau bahan cetak hingga layanan internet maka siswa tersebut akan lebih mudah atau lebih cepat mengerti apabila ketiga persyaratan dasar tersebut tersedia. selain itu, untuk peran e-learning itu sendiri belum sepenuhnya digunakan di daerah terpencil karena menurut saya akses layanan internet masih sulit dijangkau. Jangankan layanan internet, sinyal untuk alat komunikasi seperti handphone saja masih sulit dan belum beredar luas ataupun bebas dan menyeluruh di daerah terpencil

    BalasHapus
    Balasan
    1. untuk alasan mengapa peran E-Learning di Daerah belum maksimal saya sependapat. namun saya ingin menambahkan bahwa dengan adanya E-Learnig sekolah yang menerapkan pendidikan jarak jauh akan membantu daerah-daerah terpencil agar mampu meraih pendidikan yang sebanding dengan mereka yang ada di kota-kota besar.

      Hapus
    2. Maaf saudari munika saya kurang mengerti dengan penyataan anda yang menyebutkan" dengan adanya E-Learnig sekolah yang menerapkan pendidikan jarak jauh akan membantu daerah-daerah terpencil agar mampu meraih pendidikan yang sebanding dengan mereka yang ada di kota-kota besar". Bagaimana hal ini bisa terjadi sementara bnyak di daerah terpencil itu masih kekurangan fasilitas dan SDM nya jangankan internet, listrik saja mungkin masih ada yang belum tersalur, jadi menurut saya untuk daerah terpencil e-learning belum bisa di laksanakan sebelum fasilitasnya memadai

      Hapus
  2. Saya ingin mencoba menjawab pertanyaan nomor satu mengenai kelebihan E-Learning yaitu berubahnya peran peserta didik dari biasanya pasif menjadi aktif. Menurut pendapat cara kita sebagai seorang guru memastikan bahwa siswa kita berubah menjadi aktif adalah dengan melihat pola pikir dan tingkah laku si anak. Kita bisa memberikan tugas menonton sebuah penjelasan mengenai suatu materi yang telah kita jelaskan yang ada di internet. Kemudian menyuruh sianak untuk menulis inti sari yang telah ditonton misalnya dari Youtube.Dengan mengadakan tanya jawab kita dapat melihat apakah sianak tersebut melakukan pekerjaan tersebut atau tidak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih untuk penjelasan dari saudari tetapi jika ini dilakukan secara terus menerus apakah ini akan efektif?

      Hapus
  3. saya akan menanggapi permasalahan no.2 menurut saya peran e-learning pada daerah terpencil belum bisa dilakukan secara maksimal, karena di daerah terpencil fasilitas komputer belum tersedia dan juga akses internet disana sangat buruk, dan juga ada sebagian daerah yang belum dialiri arus listrik padahal seperti yang kita ketahui E-learning merupakan cara baru dalam proses belajar mengajar yang menggunakan media elektronik khususnya internet sebagai sistem pembelajarannya. Dari hal tersebut bisa kita simpulkan bahwa didaerah terpencil peran e-learning tidak maksimal atau tidak bisa dilakukan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas tanggapan dari saudari, lalu bagaimana cara nya agar daerah tersebut tidak mengalami ketertinggalan ?

      Hapus
  4. saya akan mencoba menjawab permasalahan nomor 1 :
    cara kita mengetahui anak benar-benar berubah dari pasif menjadi aktif dapat dilakaukan dengan cara tanya jawab atau memberikan soal-soal kemudian dilihat siapa-siapa saja yang menjawab pertanyaan tersebut . dari hal tersebut dapat dilihat kepedulian siswa terhadap pembelajaran , apabila peserta didik tersebut berusaha untuk mencari jawaban maka ia akan menjawab namun apabila tidak maka peserta didik tersebut akan acuh tak acuh atas soal tersebut . dari gambaran diatas dapat dilihat keaktifan dari masing-masing siswa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sependapat dgn saudari nurul dan sedikit menambahkan permasalahan no.1, keunggunal e-learning salah satunya membuat siswa aktif, dpt dibuktikan adanya peningkatan interaksi pembelajaran, pada interaksi antara pembelajar, materi pembelajaran, dan pengajar. Walaupun tidak adanya tatap muka langsung biasanya para pembelajar lebih berani mengungkapkan pendapat dan pertanyaan yterhadap materi pembelajaran, atau dengan kata lain bahasa tulisan yang sering dipakai dalam interaksi tersebut biasanya lebih memberikan penjelasan dari pada penggunaan bahasa verbal.

      Hapus
    2. Terimakasih atas tanggapan dari saudari Nurul dan Novi , lalu bagaimana caranya jika anak tersbut tetap tidak mau menjawab atau menanggapi permasalahan dari gurunya?

      Hapus
  5. Saya mau menanggapi permasalahan no 1.
    Guru dapat melihat keaktifan siswa dengan cara seperti yang kita lakukan sekarang ini membuat materi pembelajaran dalam blog. Disini guru dapat mengujungi blog yang dibuat oleh Siswanya. Seperti yang kita ketahui bahwa dalam pembuatan blog siswa sendiri yang aktif dan mandiri dalam mencari informasi sebanyak-banyaknya. Dan siswa sendiri yang banyak menanggapi suatu tanggapan yang dilontarkan teman-temannya. Dengan begitu guru dapat melihat keaktifan siswanya, dan pengetahuan anak pun akan cukup luas tidak sebatas hanya informasi dari guru saja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas tanggapan dari saudari, lalu bagaimana tanggapan saudari dengan keterbatasan sarana dalam membuat blog seperti komputer atau laptop yang tidak semua siswa memilikinya?

      Hapus
  6. Jawaban permasalahan nomor 2
    Penggunaan e-learning yang tidak bisa lepas dari peran internet inilah yang membuat pemamfaatan kurang maksimal di Indonesia,seperti yang kita ketahui sendiri diindonesia banyak sekali warga negaranya yang masih belum mengerti dan tahu akan teknologi bahkan ironisnya masih banyak yang buta huruf.Selain itu,banyak sekali daerah-daerah yang tidak dapat di jangkau oleh sinyal bahkan listrik juga tidak bisa menjangkaunya.
    Masalah besar yang masih ada saat ini diantaranya fasilitas dan kemampuan SDM.Fasilitas untuk mendukung adanya pendidikan jarak jauh masih jauh melampaui biaya yang dimiliki pihak sekolah.Tidak semua sekolah mampu menyediakan fasilitas tersebut dengan biaya yang sedikit.Sumber daya guru yang masih sedikit dalam memiliki kemampuan mengoperasikan komputer adanya rasa malu”gengsi”guru untuk merubah pola tradisional menjadi pembelajaran berbasis aneka sumber media pembelajaran jugs merupakan salah satu kendala dalam pengintegrasian TIK.Alasan yang selalu ada yaitu kurangnya mereka yang menguasai media dan ketidakmampuan itu tidak mau mereka hilangkan dan tidak mau mempelajari bagaimana media tersebut bekerja membantu proses pembelajaran.
    E-learning itu sendiri sebenarnya di Indonesia sudah mulai di terapkan seperti pada Sekolah Menengah Atas dan Perguruan Tinggi namun penerapannya belum maksimal,karena masih banyak ditemui kendala-kendala dalam penggunaan e-learning terutama di daerah terpencil.Dengan adanya e-learning di Indonesia berharap akan pendidikan yang semakin maju dan terus berkembang dengan cepat.saya pribadi setuju dengan di adakannya system E-learning di Indonesia.Namun pengelolaan system pembelajaran e-learning itu sendiri haruslah dilakukan dengan benar untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan yang terjadi,sepertI tidak perlunya guru sebagai seseorang guru yang mampu berinteraksi langsung dengan pelajar dan mungkin pelajar yang kurang antusias dan disiplin dalam belajar dengan system E-learning akan menemui kesulitan-kesulitan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas tanggapan dari saudari, lalu apa akibatnya dari kurang optimalnya pennggunaan E-Learning di Indonesia?

      Hapus
  7. Saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 2.
    Negara Indonesia sudah mulai menggunakan program pembelajaran ini, Karena e-learning ini merupakan salah satu alternatif utama untuk menjangkau daerah terpencil atau pelosok agar bisa menikmati pendidikan sebagaimana para siswa di kota besar. e-learning juga menjadi salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan dan mempercepat proses belajar mengajar. Namun, di Indonesia masih kurang mengerti akan penggunaan e-learning itu sendiri dan kurang di manfaatkan di sekolah-sekolah atau bahkan di perguruan tinggi di Indonesia sekalipun.
    penggunaan e-learning yang tidakbisa lepas dari peran internet inilah yang membuat pemanfaatannya kurang maksimal di indonesia, seperti yang kita ketahui sendiri di Indonesia banyak sekali warga negaranya yang masih belum mengerti dan tahu akan teknologi bahkan ironosnya masih banyak yang buta huruf. Selain itu, banyak sekali daerah-daerah yang tidak dapat di jangkau oleh sinyal bahkan listrik juga tidak bisa menjangkaunya.
    Sebenarnya bukan masalah sumber daya manusianya yang tidak mau menerimakemajuan teknologi tersebut, namun adanya fenomena atau keadaan yang kurang mendukung seperti kejadian di atas yang membuat sistem pengajaran di Indonesia belum maksimal, terutama e-learning. Keadaan perekonomian pun turut mempengaruhi.
    Jadi menurut saya, untuk daerah terpencil jika tidak dapat menggunakan elearning, sebaiknya menggunakan media lainnya yang dapat menunjang pembelajaran asalkan sesuai dengan materi ajar dan mudah dipahami oleh siswa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas tanggapan dari saudari,saya ingin menyakan hal yang sama kepada saudari intan" lalu apa akibatnya dari kurang optimalnya pennggunaan E-Learning di Indonesia"?

      Hapus
  8. saya akan mencoba menjawab pada permasalahan nomor 2. penggunaan e-learning pada daerah terpencil , kita tahu bahwa penggunaan e-learning berpatokan pada koneksi internet , sehingga media tersebut dapat digunakan , dan jika dikaitkan dengan daerah terpencil , jika daerah tersebut memenhi fasilitas fasilitas yang dapat digunakan , memiliki laptop atau sejenisnya , dan memiliki sinyal internet yang cukup kuat , pastinya e-learning ini dapat digunakan , tetapi sebaliknya , berdasarkan berita-berita atau koran yang saya lihat , sinyal2 intermet yang bagus hanya terdapat dikota2 besar , sehingga kebanyakan desa terpencil sulit untuk menjangkau sinyal atau mungkin beberapa yang hanya sinyal nya sangat sedikit , sehingga tidak memungkin melakukan itu , dan faktor lainnya , banyak warga atau siswanya di desa terpencil yang buta akan dunia IT , yang tidak tahu menahu tentang IT tersebut sehingga sulit mereka untuk menjalankan nya .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas tanggapan dari saudari, lalu menurut saudari bisakah kita menggantikan peran E-Learning dengan Multimedia saja sehingga daerah terpencil tidak mengalami ketertinggalan informasi?

      Hapus
  9. saya akan mencoba menambahkan sedikit dari pertanyaan no 2, dimana dapat dilihat bahwa Kekurangan dari e-learning adalah :
    • Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet ( mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer).
    • Kurangnya sumber daya manusia yang menguasai internet.
    • Kurangnya penguasaan bahasa komputer.
    • Akses pada komputer yang memadai dapat menjadi masalah tersendiri bagi peserta didik.
    • Peserta didik bisa frustasi jika mereka tidak bisa mengakses grafik, gambar, dan video karena peralatan yang tidak memadai.
    ada banyak kekurangan-kekurangan e-learning sendiri yang telah menjelaskan bahwa masih kurangnya akses internet, kurangnya fasilitas yang mendukung.dll. ini telah menjelaskan bahwa di daerah terpencil sangat sulit untuk mengakses internet karena kurangnya fasilitas yang memadai untuk dapat menerapkan proses pembelajaran e-learning

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas tanggapan dari saudari,lalu bagaimana cara kita mengatasi agar daerah tersebut tidak mengalami ketertinggalan dalam ha materi pelajaran?

      Hapus
  10. Baiklah saya akan mencoba menanggapi pertanyaan no 2.
    Penggunaan e-learning di pedesaan memang belum maksimal atau masih jauh dari harapan karena berbagai kendala yang dihadapi. Namun saat ini banyak usaha yang dilakukan desa agar siswa dapat belajar dengan e-learning seperti sudah dibentuknya BUMDesa yang merupakan badan milik desa yang menjalankan usaha. Bentuk badan usaha bisa disesuaikan dengan kondisi yang ada di desa masing-masing. Bentuk badan usaha BUMDesa diantaranya adalah Koperasi, CV ataupun PT. Pengelolaan BUMDesa memang memerlukan energi yang cukup banyak. Bagaimanapun juga BUMDesa memiliki tanggung jawab moral untuk mensejahterakan masyarakat Desa.

    Atas dasar itulah untuk memudahkan para pegiat dan perangkat desa dalam usahanya membentuk sebuah badan usaha, Usaha Desa memulai sebuah terobosan baru dengan mengadakan kelas-kelas mengajar menggunakan metode e-Learning. Prinsipnya adalah memanfaatkan tehnologi internet untuk mempermudah proses belajar dan mengajar bagi siapa saja, termasuk warga desa.

    BalasHapus
  11. Baik saya akan menanggapi permaslahan no 2
    E-learning tidak hanya berlaku metode pembelajaran secara on-line saja, namun penerapannya bisa secara off-line juga, seperti pembelajaran di kelas dengan menggunakan proyektor atau menonton film dvd guna mempelajari sesuatu mengenai beberapa kejadian aktual seperti kejadian bencana gempa, tsunami, dan sebagainya. Untuk daerah terpencil tidak efektif menggunakan pembelajaran e-learning disebabkan oleeh beberapa hal yaitu :
    1. Dengan e-learning, dibutuh dana khusus untuk pengadaan elektronik baik siswa dan guru pribadi, maupun juga sekolah.
    2. Dengan e-learning, diperlukan SDM guru yang mumpuni dalam hal teknologi
    Bisa dilihat lebih banyak manfaat e-learning untuk guru dan siswa ketimbang kekurangannya. Kekurangan yang ada bisa diambil jalan keluarnya agar pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik. Di sini pemerintah mempunyai peranan penting untuk bisa terlaksananya e-learning pada pendidikan di Indonesia. Pertama, pemerintah menyediakan anggaran khusus untuk pengadaan elektronik pada sekolah-sekolah yang termasuk dalam anggaran dana BOS (bantuan operasional sekolah) dan kedua, pemerintah juga bisa mengadakan pelatihan-pelatihan ke SDM guru-guru supaya mempunyai keahlian di bidang teknologi.

    BalasHapus
  12. Menurut Saya untuk semua materi bisa tetapI pebgajar harus benar-benar menyiapkannya, namun untuk materi yang di dukung dengan praktikum akan lebih baik jika dilakukan tatap muka secara langsung daripada dilakukan e-learning

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baiklah saya setuju jawaban desi
      Yang mana pembelajaran kimia tidak semua nya cocok untuk pembelajaran e-learning karena pembelajaran kimia terdapat juga suatu materi yang akan dilakukan di lab agar kita melihat dan melakukan sendiri kegiatan tersebut agar lebih dimengerti oleh siswa

      Hapus
    2. Terimakasih atas tanggapan dari saudari, Desi dan Eka lalu bagaimanakah cara kita memilih apa yang lebih baik menggunakan E-Learning dan apa yang tidak?

      Hapus
  13. Saya akan mencoba menjawab permasalahan no 1
    Cara agar guru dapat melihat siswanya aktif atau tidak dalam pembelajaran berbasis e-learning adalah dengan melihat kegigihan siswa dalam belajar mencari informasi baik yang berupa teks (ebook) maupun video yang dapat di cari dinternet. Kemudian melihat seberapa besar perubahan yang terjadi pada siswa tersebut adalah dapat dilihat pada saat melakukan ujian yang dapat kita lihat bahwa siswanya mengarah pada perubahan positif atau negatif

    BalasHapus
  14. Menanggapi permasalahan kedua, menurut saya bukan saja kemampuan menguasai tik nya yang masih belum bisa, tetapi terbatas dan jeleknya jaringan juga dapat menghambat berjalannya e-learning, oleh karena itu yang paling dibutuhkan adalah perhatian dari pemerintah untuk memperhatikan daerah-daerah terpencil agar meratanya pendidikan di Indonesia.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer