TEORI PEMPROSESAN INFORMASI BERBANTUAN MEDIA
TEORI PEMPROSESAN INFORMASI BERBANTUAN MEDIA
Pembelajaran
merupakan faktor penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil
kumulatif dari pembelajaran. Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif
tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan
kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000: 175). Teori ini menjelaskan
bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu
yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar
tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui
beberapa indera
Teori
Pemrosesan Informasi dalam Pembelajaran menurut Gagne
Teori pembelajaran pemrosesan informasi adalah bagian dari teori
belajar sibernetik. Secara sederhana pengertian belajar menurut teori belajar
sibernetik adalah pengolahan informasi. Dalam teori ini, seperti psikologi
kognitif mengkaji proses belajar penting dari hasil belajar namun yang lebih
penting dari kajian proses belajar itu sendiri adalah sistem informasi, sistem
informasi inilah yang pada akhirnya akan menentukan proses belajar.
Penjelasan lebih lanjut dari Bambang Warsita, bahwa berdasarkan
kondisi internal dan eksternal ini, Gagne menjelaskan bagaimana proses belajar
itu terjadi. Model proses belajar yang dikembangkan oleh Gagne didasarkan pada
teori pemrosesan informasi, yaitu sebagai berikut :
1. Rangsangan
yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan diproses sebagai
informasi.
2. Informasi
dipilih secara selektif, ada yang dibuang, ada yang disimpan dalam memori
jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.
3. Memori-memori
ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan dapat diungkap
kembali setelah dilakukan pengolahan.
Seperangkat proses yang bersifat internal yang dimaksud oleh Gagne
adalah kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan
untuk mencapai hasil belajar dan terjadinya proses kognitif dalam diri
individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan
yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Teori pemrosesan informasi bermula dari asumsi bahwa pembelajaran
merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan salah
satu hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut teori ini, belajar merupakan
proses mengelola informasi, namun teori ini menganggap sisitem informasi yang
diproses yang nantinya akan dipelajari siswa adalah yang lebih penting. Karena
informasi inilah yang akan menentukan proses dan bagaimana proses belajar akan
berlangsung akan sangat oleh sistem informasi yang dipelajari.
Robert Gagne seorang ahli psikologi pendidikan
mengembangkan teori belajar yang mencapai kulminasinya (titik uncak) pada “The
Condition of Learning”. Banyak gagasan Gagne tentang teori belajar, seperti
belajar konsep dan model pemrosesan informasi, pada bukunya “The Condition of
Learning” mengemukakan bahwa: Learning is change in human disposition or
capacity, wich persists over a period time, and which is not simply ascribable
to process a groeth.
Dalam bukunya Robert M. Gagne disebutkan bahwa : A very special
kind of intellectual skill, of particular in probelem solving, is called
a cognitive strategy. In term of modern learning theory, a cognitive
strategy is a control process. An internal process by means of
which thinking. Gagne mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan
belajar. Fase-fase itu merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat
distrukturkan oleh siswa atau guru. Setiap fase dipasangkan dengan suatu proses
yang terjadi dalam pikiran siswa. Kejadian-kejadian belajar itu akan diuraikan
dibawah ini, yaitu:
1. Fase
motivasi : siswa yang belajar harus diberi motivasi untuk memanggil informasi
yang telah dipelajari sebelumnya.
2. Fase
pengenalan : siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang esensial
dari suatu kejadian instruksional, jika belajar akan terjadi.
3. Fase
perolehan : apabila siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia telah
siap untuk menerima pelajaran.
4. Fase
retensi : informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka
pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui penggulangan kembali
5. Fase
pemanggilan : pemanggilan dapat ditolong dengan memperhatikan kaitan-kaitan
antara konsep khususnya antara pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya.
6. Fase
generalisasi : biasanya informasi itu kurang nilainya, jika tidak dapat
diterapkan diluar konteks di mana informasi itu dipelajari.
7. Fase
penampilan : tingkah laku yang dapat diamati. Belajar terjadi apabila stimulus
mempengaruhi individu sedemikan rupa sehingga performancenya berubah dari
situasi sebelum belajar kepada situasi sesudah belajar.
8. Fase
umpan balik : para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka
yang menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang
diajarkan.
Proses informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian
informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (stroge)
dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informas-informasi yang telah
disimpan dalam ingatan (retrival). Teori belajar pemerosesan
informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses internal yang
mencakup beberapa tahapan.
·
Encoding adalah
proses memasukkan informasi ke dalam memori. Sistem syaraf menggunakan kode
internal yang merepresentasikan stimulus eksternal. Dengan cara ini
representasi objek/kejadian eksternal dikodekan menjadi informasi internal dan
siap disimpan.
·
Stroge adalah
informasi yang diambilkan dari memori jangka pendek kemudian diteruskan untuk
diproses dan digabungkan ke dalam memori jangka panjang. Namun tidak semua
informasi dari memori jangka pendek dapat disimpan. Kunci penting dalam penyimpanan
di memori jangka panjang adalah adanya motivasi yang cukup untuk mendorong
adanya latihan berulang hal-hal dari memori jangka pendek.
·
Retrieval adalah
hasil akhir dari proses memori. Mengacu pada pemanfaatan informasi yang
disimpan. Agar dapat diambil kembali, informasi yang disimpan tidak hanya
tersedia tetapi juga dapat diperoleh karena meskipun secara teoritis informasi
yang disimpan tersedia tetapi tidak selalu mudah untuk menggunakan dan
menempatkannya.
Teori ini ditemukan oleh Gagne yang didasarkan atas hasil riset tentang
faktor-faktor yang kompleks pada
proses belajar manusia. Penelitiannya diamksudkan untuk menemukan teori
pembelajaran yang efektif. Analisanya dimulai dari identifikasi konsep hirarki
belajar, yaitu urut-urutan kemampuan yang harus dikuasai oleh pembelajar
(peserta didik) agar dapat mempelajari hal-hal yang lebih sulit atau lebih
kompleks.
Teori pemrosesan informasi umumnya berpijak
pada tiga asumsi berikut :
1.
Antara stimulus dan respon berpijak pada
asumsi, yaitu pemrosesan informasi ketika pada masing-masing tahapan dibutuhkan
sejumlah waktu tertentu
2.
Stimulus yang diproses melalui tahap-tahapan
tadi akan mengalami perubahan bentuk ataupun isinya
3.
Salah satu tahapan mempunyai kapasitas yang
terbatas.
Dari ketiga asumsi tersebut,
dikembangkan teori tentang komponen, yaitu komponen struktur dan pengatur alur
pemrosesan informasi (proses kontrol). Komponen-komponen pemrosesan informasi
dipilih berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas bentuk informasi, serta proses
terjadinya ”lupa”. Ketiga komponen tersebut adalah sebagai berikut :
a. Sensory
Receptor (SR)
Sensory
Receptor adalah sel tempat pertama kali
informasi diterima dari luar. Di dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk
aslinya, informasi hanya bertahan dalam waktu yang sangat singkat dan mudah
tergangu atau berganti.
b. Working
Memory (WM)
Working
Memory diasumsikan
mampu menangkap informasi yang mendapat perhatian individu, perhatian
dipengaruhi oleh persepsi. Karekateristik Working Memoryadalah
memiliki kapasitas terbatas (informasi hanya mampu bertahan 15 detik jika tidak
diadakan pengulangan) dan informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda
dari stimulus aslinya. Artinya agar informasi dapat bertahan dalam WM, upayakan
jumlah informasi tidak melebihi kapasitas disamping melakukan pengulangan.
c. Long
Term Memory (LTM)
Long
Term Memory diasumsikan:
1) berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki oleh individu, 2) mempunyai
kapasitas tidak terbatas, dan 3) bahwa sekali informasi disimpan di dalam LTM,
ia tidak akan pernah terhapus atau hilang. Sedangkan lupa adalah proses
gagalnya memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Tennyson mengemukakan
proses penyimpanan informasi merupakan proses mengasimilisasikan pengetahuan
baru pada pengetahuan yang telah dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai
dadar pengetahuan.
Teori pemrosesan informasi memiliki
keunggulan dalam strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
1. Cara
berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol
2.
Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis
3.
Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih
lengkap
4.
Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar
kepada tujuan yang ingin dicapai
5.
Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan
yang sesungguhnya
6. Kontrol belajar memungkinkan belajaar
sesuai irama masing-masing individu
7. Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang
jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk
kerja yang diharapkan.
Teori
Pemrosesan Informasi dalam Pembelajaran menurut Atkinson
Salah
satu teori yang membahas bagaimana proses berpikir manusia dikemukakan oleh
Atkinson dan Shiffrin pada tahun 1968. Kedua ahli psikologi kognitif ini
berhasil memaparkan bagaimana perangkat berpikir manusia beserta proses yang
terjadi secara jelas, logis dan sederhana. Teori mereka berdua dikenal dengan
teori pemrosesan informasi. Teori ini telah banyak dimanfaatkan, termasuk di
bidang pendidikan dan komputer.
Informasi
diterima oleh manusia melalui indera. Penerima informasi awal pada indera ini
disebut sebagai memori sensorik (sensory memory). Menurut penelitian,
informasi dari penglihatan hanya dapat bertahan kurang dari sedetik di memori
sensorik, sedangkan informasi dari pendengaran dapat bertahan tiga sampai empat
detik. Jika perhatian tidak diberikan pada informasi tersebut maka mereka akan
hilang. Namun jika perhatian diberikan maka informasi akan diteruskan menuju
memori jangka pendek (short term memory) yang dapat mempertahankan
informasi hingga 15 detik. Berdasar penjelasan tersebut kita dapat menyadari
akan peran penting perhatian atau konsentrasi dalam memproses suatu informasi.
Ratusan atau ribuan informasi sebenarnya berada di depan kita setiap saat.
Namun jika kita tidak memperhatikannya maka sekian banyak informasi itu tidak
akan memasuki pikiran.
Apa
yang terjadi pada informasi di memori jangka pendek? informasi tersebut juga
akan hilang jika kita tidak mengulang-ngulang perhatian padanya. Namun jika
pengulangan dilakukan maka informasi dapat diteruskan ke memori jangka panjang
(long term memory). Para peneliti menyatakan bahwa memori jangka panjang
dapat menyimpan informasi sangat lama, tergantung pada penggunaannya. Jika
teknik untuk meneruskan informasi ke memori jangka panjang adalah melalui pengulangan,
kita menyebutnya sebagai proses menghafal atau mengingat.
Cara
kedua untuk meneruskan informasi ke memori jangka panjang adalah dengan
memahami (encoding). Maksudnya adalah menghubungkan informasi baru
tersebut dengan berbagai informasi lama yang telah kita miliki (tersimpan dalam
memori jangka panjang sebelumnya). Cara kedua ini diyakini membuat informasi
dapat lebih tahan lama di memori kita. Selain itu dengan memahami maka semua
informasi akan lebih bermanfaat dalam aplikasi kehidupan sehari-hari.
Berbagai
informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang, sewaktu-waktu dapat
dipanggil oleh memori jangka pendek jika kita memerlukannya (misalnya ketika
menghadapi masalah tertentu). Hingga saat ini para ahli belum dapat menentukan
secara pasti berapa kapasitas penyimpanan memori jangka panjang manusia. Karena
itu dikatakan bahwa kapasitas memori jangka panjang kita tidak terbatas.
Berdasarkan teori pemrosesan
informasi ini terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para guru:
1. Perhatian sangat penting, oleh
karena itu selalu upayakan agar siswa anda benar-benar memperhatikan
pelajaran. Meskipun mereka tampak melihat anda, namun belum tentu pikiranmereka
perhatian kepada apa yang anda jelaskan.
2. Sebaiknya lebih mengutamakan belajar
dengan memahami dari pada melalui hafalan. Dalam suatu kegiatan
belajar, seseorang menerima informasi dan kemudian mengolah informasi tersebut
di dalam memori. Atkinson dan Shiffrin (1968) mengajukan suatu teori atau model
tentang pemrosesan informasi dalam memori manusia yang menyatakan bahwa
informasi diproses dan disimpan dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu Sensory Memory, Short-term Memory,
dan Long-term Memory (Huit, 2003; Flavell, 1985;
Woolfolk, 2004; Gagne, 1985). Model pemrosesan informasi Atkinson dan Shiffrin
ini dapat digambarkan dengan diagram sebagai berikut .
Sensory Memory (SM)
Informasi masuk ke dalam sistem pengolah informasi manusia
melalui berbagai saluran sesuai dengan inderanya. Sistem persepsi bekerja pada
informasi ini untuk menciptakan apa yang kita pahami sebagai persepsi. Karena
keterbatasan kemampuan dan banyaknya informasi yang masuk, tidak semua
informasi bisa diolah. Informasi yang baru saja diterima ini disimpan dalam
suatu ruang sementara (buffer) yang disebut sensory memory.
Durasi suatu informasi dapat tersimpan di dalam sensory memory ini
sangat singkat, kurang dari 1/2 sekon untuk informasi visual dan sekitar 3
sekon untuk informasi audio. Tahap pemrosesan informasi tahap pertama ini
sangat penting karena menjadi syarat untuk dapat melakukan pemrosesan informasi
di tahap berikutnya, sehingga perhatian pembelajar terhadap informasi yang baru
diterimanya ini menjadi sangat diperlukan. Pembelajar akan memberikan perhatian
yang lebih terhadap informasi jika informasi tersebut memiliki fitur atau ciri khas yang menarik dan jika
informasi tersebut mampu mengaktifkan pola pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya (prior knowledge).
Short-term Memory (STM) atau \"Working Memory\"
Short-term memory atau working memory berhubungan
dengan apa yang sedang dipikirkan seseorang pada suatu saat ketika menerima
stimulus dari lingkungan. Durasi suatu informasi tersimpan di dalam short-term memory adalah 15 – 20 sekon. Durasi
penyimpanan di dalam short-term memory ini akan bertambah lama, bisa
menjadi sampai 20 menit, jika terdapat pengulangan informasi. Informasi yang
masuk ke dalam short-term memory berangsur-angsur menghilang
ketika informasi tersebut tidak lagi diperlukan. Jika informasi dalam short-term memory ini terus digunakan, maka
lama-kelamaan informasi tersebut akan masuk ke dalam tahapan penyimpanan
informasi berikutnya, yaitu long-term memory.
Long-term Memory (LTM)
Long-term memory merupakan memory penyimpanan
yang relatif permanen, yang dapat menyimpan informasi meskipun informasi
tersebut mungkin tidak diperlukan lagi. Informasi yang tersimpan di dalam long-term memory diorganisir ke dalam bentuk
struktur pengetahuan tertentu, atau yang disebut dengan schema. Schema mengelompokkan
elemen-elemen informasi sesuai dengan bagaimana nantinya informasi tersebut
akan digunakan, sehingga schema memfasilitasi akses
informasi di waktu mendatang ketika akan digunakan (proses memanggil kembali
informasi). Dengan demikian, keahlian seseorang berasal dari pengetahuan yang
tersimpan dalam bentuk schema di dalam long-term memory,
bukan dari kemampuannya untuk melibatkan diri dengan elemen-elemen informasi
yang belum terorganisasi di dalam long-term memory (Merrienboer
dan Sweller, 2005).
Penyimpanan informasi dalam long-term memory dapat
diumpamakan seperti peristiwa yang terjadi pada penulisan data ke dalam disket
atau hardisk komputer atau pun perekaman suara ke dalam kaset. Kapasitas
penyimpanan dalam long-term memory ini dapat dikatakan tak terbatas
besarnya dengan durasi penyimpanan seumur hidup. Kapasitas penyimpanan disebut
tak terbatas dalam arti bahwa tidak ada seseorang pun yang pernah kekurangan
“ruang” untuk menyimpan informasi baru, berapa pun umur orang tersebut. Durasi
penyimpanan seumur hidup diartikan sebagai informasi yang sudah masuk di dalam
long-term memory tidak akan pernah hilang, meskipun bisa saja terjadi informasi
tersebut tidak berhasil diambil kembali (retrieval) karena
beberapa alasan.
PERMASALAHAN
- Bagaimana hubungan antara multimedia yang akan digunakan dalam pembelajaran dengan teori pemrosesan informasi?
- Apa peran media pembelajaran dalam setiap tahap pemprosesan dan penyimpanan informasi, apa yang akan terjadi jika salah satu tahapnya terganggu?
- Dengan mempertimbangkan tahapan long term memory hal apa yang harus kita pertimbangkan dalam pemakaian multimedia terhadap siswa?
saya akan menanggapi pertanyaan saudara nomor 3 dimana inti pertanyaan yang saya tangkap bahwa hal apa yang harus dipertimbangkan dalam menggunakan multimedia dengan mempertimbangkan tahapan long term. Nah, disini saya memilih menggunakan multimedia audio-visual Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan audio-visual untuk pembelajaran yaitu:
BalasHapusa. Guru harus mempersiapkan unit pelajaran terlebih dahulu, kemudian baru memilih media audio-visual yang tepat untuk mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.
b. Guru juga harus mengetahui durasi media audio-visual misalnya dalam bentuk film ataupun video, dimana keduanya yang harus disesuaikan dengan jam pelajaran
c. Mempersiapkan kelas, yang meliputi persiapan siswa dengan memberikan penjelasan global tentang isi film, video atau televisi yang akan diputar dan persiapan peralatan yang akan digunakan demi kelancaran pembelajaran.
d. Aktivitas lanjutan, setelah pemutaran film atau video selesai, sebaiknya guru melakukan refleksi dan tanya jawab dengan siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi tersebut.
Menurut saya, film dan video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, praktik, dan lain-lain. Film merupakan pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan objek yang secara normal tidak dapat dilihat, seperti cara kerja jantung ketika berdenyut, bentuk atom, dan sebagainya sehingga dengan demikian siswa dapat mengingat dalam long term memory-nya
menurut saya untuk beberapa materi mungkin efektif menggunakan audio visual seperti contohnya video tapi kita juga harus memepertimbangkan apakah materi ini cocok menggunakan media itu, tidak semua materi cocok mengunakan video seperti materi kimia misalnya stoikiometri yang sifatnya hitungan tidak akan efektif menggunakan video.
Hapusjadi sebenarnya tugas kita adalah merancang sebuah pembelajaran dimana hasilnya nanti akan memiliki makna bagi siswa kita sehingga pemebelaran menjadi lebih efektif dan menarik lalu informasi bisa tersimpan dimemory jangka panjang.
Saya mencoba menjawab no. 1 terkait hubungan antara multimedia yang akan digunakan dalam pembelajaran dengan teori pemrosesan informasi, menurut saya erat kaitannya multimedia dalam pemrosesan informasi mempermudah dan cepat dalam mengelolah informasi yang didapatkan selama proses belajar mengajar. Salah satu teori yg ditemukan oleh Gagne yang didasarkan atas hasil riset tentang faktor-faktor yang kompleks pada proses belajar manusia. Penelitiannya diamksudkan untuk menemukan teori pembelajaran yang efektif. Analisanya dimulai dari identifikasi konsep hirarki belajar, yaitu urut-urutan kemampuan yang harus dikuasai oleh pembelajar (peserta didik) agar dapat mempelajari hal-hal yang lebih sulit atau lebih kompleks. Dalam penyajiannya, multimedia pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi beberapa format, antara lain;
BalasHapusa) Tutorial, Materinya dilakukan secara tutorial, sebagaimana layaknya tutorial yang dilakukan oleh guru atau instruktur. Informasi dilakukan dengan teks, gambar, baik diam maupun bergerak. Selesai penyajian tayangan, diberikan serangkaian pertanyaan untuk dievaluasi tingkat keberhasilan.
b) Drill dan Practice, Dimaksud untuk melatih pengguna sehingga memiliki kemahiran dalam suatu keterampilan atau memperkuat penguasaan suatu konsep.
c) Simulasi, Mencoba menyamai proses dinamis yang terjadi di dunia nyata, misalnya untuk mensimulasikan pesawat terbang, seolah-olah pengguna melakukan aktivitas menerbangkan pesawat terbang. Format ini mencoba memberikan pengalaman masalah dunia nyata yang biasanya berhubungan dengan suatu resiko, seperti terjatuhnya pesawat terbang tersebut.
d) Percobaan atau Eksperimen, Format ini mirip dengan simulasi, namun lebih ditujukan pada kegiatan-kegiatan eksperimen, seperti kegiatan praktikum di laboratorium IPA, biologi atau kimia.
Diharapkan pada akhirnya pengguna dapat menjelaskan suatu konsep atau fenomena tertentu berdasarkan eksperimen yang mereka lakukan secara maya tersebut.
e) Permainan, Permainan yang disajikan tetap mengacu pada proses pembelajaran dan dengan program multimedia berformat ini diharapkan terjadi aktivitas belajar sambil bermain.
baiklah terimakasih atas jawaban saudari,saya setuju dengan jawaban saudari tapi harapan saya pengaruh penggunaan multimedia ini diakaitkan dengan tahapan pemprosesan informasi sehingga nanti informasi yang diperoleh bisa masuk kedalam memori jangka panjang, seperti misalnya penggunaan media eksperimen dalam pembelajaran sifat koligatif larutan sehingga pemmbelajaran menjadi lebih bermakana bagi siswa karena siswa bukan hanya mendengar teori dari guru saja, karena informasi masuk kesiswa bukan hanya dari satu indera saja
Hapusmenjawab pertanyaan ke 3, Teori belajar pemerosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahapan.
BalasHapus· Encoding adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori. Sistem syaraf menggunakan kode internal yang merepresentasikan stimulus eksternal. Dengan cara ini representasi objek/kejadian eksternal dikodekan menjadi informasi internal dan siap disimpan.
· Stroge adalah informasi yang diambilkan dari memori jangka pendek kemudian diteruskan untuk diproses dan digabungkan ke dalam memori jangka panjang. Namun tidak semua informasi dari memori jangka pendek dapat disimpan. Kunci penting dalam penyimpanan di memori jangka panjang adalah adanya motivasi yang cukup untuk mendorong adanya latihan berulang hal-hal dari memori jangka pendek.
· Retrieval adalah hasil akhir dari proses memori. Mengacu pada pemanfaatan informasi yang disimpan. Agar dapat diambil kembali, informasi yang disimpan tidak hanya tersedia tetapi juga dapat diperoleh karena meskipun secara teoritis informasi yang disimpan tersedia tetapi tidak selalu mudah untuk menggunakan dan menempatkannya.
Berikutnya Brown, Lewis, dan Harcleroad (1983: 76-77) menyatakan bahwa dalam memilih media kriterianya sebagai berikut:
1. Isi 5. Kualitas teknis
2. Tujuan 6. Keadaan Penggunaan
3. Appropriatness 7. Verifikasi Pelajar
4. Biaya; 8. Validasi
Menurut Asyhar (2011:82), prinsip pemilihan media adalah sebagai berikut :
(1) Kesesuaian, media yang dipilih harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, karakteristik peserta didik dan materi yang dipelajari, serta metode atau pengalaman belajar yang diberikan pada peserta didik.
(2) Kejelasan sajian, materi yang disajikan dalam media pembelajaran harus jelas dengan menggunakan kata – kata yang tepat, variasi huruf dan warna yang jelas sehingga lebih mudah untuk dipahami siswa
(3) Kemudahan akses, dalam pembuatan media pembelajaran juga harus diperhatikan bagaimana akses atau perangkat yang mendukung media tersebut agar tidak menjadi kendala dalam penggunaannya
(4) Keterjangkauan, dalam hal ini berkaitan dengan biaya yang akan dikeluarkan dalam pembuatan media. Media yang dibuat harus disesuaikan dengan kemampuan si pembuatnya.
(5) Ketersediaan, hal ini perlu dipertimbangkan dalam memilih media. Jadi harus tersedia media pengganti jika suatu media yang akan digunakan tidak tersedia
(6) Kualitas, Dalam hal ini sebaiknya dipilih media yang berkualitas tinggi.
terimakasih atas jawaban saudara, tapi menurut saya hal yang peting dalam pemilihan media agar informasi bisa masuk keda;am long term memory adalah dengan mengusahakan pembelajran yang bermakna bagi diri siswa, dimana untuk prinsip prinsip pemilihannya saya setuju dengan saudara lalu bagaimana kaitannya dengan penyimpanan informasi jangka panjang?
Hapuspembelajaran yang bermakna memang sangat dibutuhkan olehsiswa karena hal ini akan membantu ingatan jangka panjang lebih mudah terjadi. walaupun bermakna, siswa juga butuh untuk banyak mengulang dan memahami materi pembelajaran tersebut dengan bantuan media. Jika pengulangan dilakukan maka informasi dapat diteruskan ke memori jangka panjang (long term memory). Para peneliti menyatakan bahwa memori jangka panjang dapat menyimpan informasi sangat lama, tergantung pada penggunaannya. Jika teknik untuk meneruskan informasi ke memori jangka panjang adalah melalui pengulangan, kita menyebutnya sebagai proses menghafal atau mengingat.
HapusCara kedua untuk meneruskan informasi ke memori jangka panjang adalah dengan memahami (encoding). Maksudnya adalah menghubungkan informasi baru tersebut dengan berbagai informasi lama yang telah kita miliki (tersimpan dalam memori jangka panjang sebelumnya). Cara kedua ini diyakini membuat informasi dapat lebih tahan lama di memori kita. Selain itu dengan memahami maka semua informasi akan lebih bermanfaat dalam aplikasi kehidupan sehari-hari.
Berbagai informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang, sewaktu-waktu dapat dipanggil oleh memori jangka pendek jika kita memerlukannya (misalnya ketika menghadapi masalah tertentu). Hingga saat ini para ahli belum dapat menentukan secara pasti berapa kapasitas penyimpanan memori jangka panjang manusia. Karena itu dikatakan bahwa kapasitas memori jangka panjang kita tidak terbatas.
menurut saya untuk jawaban nomor 2 yaitu
BalasHapusperan media pembelajaran dalam penyimpanan informasi disini mampu mengurangi beban kognitif, dimana Teori beban kognitif memuat tiga jenis pengolahan kognitif selama belajar. Pertama, beban kognitif intrinsic (intrinsic cognitive load) merupakan beban pikiran dialami siswa selama pembelajaran yang diakibatkan tuntutan konten. Kedua, beban kognitif germane (germane cognitive load) merupakan beban pikiran yang dialami siswa selama pembelajaran yang diakibatkan oleh tuntutan untuk mengintegrasikan informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya. Ketiga, beban kognitif extraneous (extraneous cognitive load) merupakan beban pikiran yang dialami siswa selama pembelajaran yang diakibatkan oleh kerja pikiran yang tidak
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
dan jika salah satu tahapannya terganggu akan mempengaruhi hasil pembelajaran yang didapat
menurut saya jika ini dikaitkan dengan beban kognitif mungkin bisa saja,tetapi beban kognitif terjadi apabila siswa memperoleh informasi yang berlebihan disatu waktu, yang saya tanyakan adalah bagaimana kaitanya media dengan tahapan pemperolehan informasi pada diri siswa.
Hapusbaiklah saya kan mencoba menjawab permasalahan no 1 , tentunya berkaitan antara kedua hal tersebut , karena dalam menerapkan teori pemrosesan membutuhkan media , sehingga dapat efektif
BalasHapusImplikasi dari teori pemrosesan informasi yang memandang belajar adalah pengkodean informasi ke dalam memori manusia seperti layaknya sebuah carakerja komputer dan karena memori memiliki keterbatasan kapasitas, pembelajaran harus dapat untuk menarik perhatian siswa dan menyediakan aplikasi berulang dan praktik secara individual agar informasi yang diberikan mudah dicerna dan dapat bertahan lama dalam memori siswa, dan aplikasi komputer memiliki semuanya dengan kualitas yang sangat baik.
Multimedia telah banyak digunakan dalam media pembelajaran. Menurut Istiyanto (2011), multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih yang terdiri dari teks, grafik, gambar, foto, audio, dan animasi secara terintegrasi. Menurut Mayer (2009:3), multimedia didefinisikan sebagai presentasi materi dengan menggunakan kata-kata (verbal form) sekaligus gambar-gambar (pictorial form). Pembelajaran berbantuan multimedia dapat diartikan sebagai aplikasi multimedia yang digunakan dalam proses pembelajaran, untuk menyalurkan pesan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan belajar sehingga terjadi proses belajar yang sesuai tujuan dan terkendali (Istiyanto, 2011).
terimakasih atas awaban saudara ,
Hapusbagaimana menurut saudar jika hubungan multimedia ini dikaitkan dengan tahapan pemperolehan informasi?
Jawaban permasalahan nomor 2
BalasHapusPada pembelajaran berbantuan multimedia informasi disajikan dalam berbagai bentuk seperti teks, audio, video, grafik, dan animasi. Oleh karena itu, siswa dapat memadukan berbagai informasi dari tampilan, lisan, dan tulisan. Dengan menggunakan multimedia, kita dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga siswa tidak merasa bosan untuk belajar.
Implikasi dari teori pemrosesan informasi yang memandang belajar adalah pengkodean informasi ke dalam memori manusia seperti layaknya sebuah cara kerja komputer dan karena memori memiliki keterbatasan kapasitas, pembelajaran harus dapat untuk menarik perhatian siswa dan menyediakan aplikasi berulang dan praktik secara individual agar informasi yang diberikan mudah dicerna dan dapat bertahan lama dalam memori siswa, dan aplikasi komputer memiliki semuanya dengan kualitas yang sangat baik.
Dalam pemilihan dan penggunaan multimedia dalam proses pembelajaran perlu memperhatikan karakteristik komponen lain, seperti: tujuan, materi, strategi, dan juga evaluasi pembelajaran.
Terimakasih atas jawaban saudari, Lalu multimedia yang bagaimana yang jharus di pakai agar informasi yang disampaikan sampai ke long term memory?
Hapusbaik saya akan menjawab permasalahan no 2
BalasHapusSudjana dan Rivai mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu:
Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa sehingga memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.
Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan mendemonstrasikan, memamerkan, dll.
Terimakasih atas jawaban saudari, Lalu bagaimana jika media yang kita gunakan tidak dapat menarik perhatian siswa
HapusSaya akan mencoba menjawab permasalahan no 1
BalasHapusMenurut saya hubungan antara multimedia yang akan digunakan dalam pembelajaran dengan teori pemrosesan informasi sangat erat kaitannya dan akan membantu siswa agar dapat lebih paham materi. Karena dengan menggunakan multimedia pembelajaran maka akan membuat siswa tersebut melihat sendiri bukti konkrit dari teori-teori yang telah dipelajarinya tersebut sehingga tidak mengambang apa yang telah disampaikan. Dengan multimedia pembelajaran juga akan membuat siswa menjadi memiliki pengalaman tersendiri sehingga akan membuat ia mengingat apa yang dilihat tersimpan dalam long term memory
Terimakasih atas jawaban saudari, sama halnya dengan saudari icha, saya juga ingin menanyakan "bagaimana jika media yang kita gunakan tidak dapat menarik perhatian siswa"?
Hapus